TRADISI PEMBEBASAN SATWA OLEH UMAT BUDDHA

 Oleh: Nyanasila

Yoga Efendi, Gunung Lorokan
Prinsip Moral Fundamental

Bagi Buddha, kelembutan dan kebaikan kepada semua makhluk adalah prinsip moral fundamental dan langkah penting dalam perkembangan spiritual individu. Hal ini sangat jelas pada persyaratan pertama dalam kode disiplin moralnya adalah untuk “menghindari pembunuhan, meletakkan tongkat, dan pedang, serta hidup dengan kasih sayang, kebaikan, dan welas asih untuk semua  makhluk hidup (D.i.4).

Siapa pun yang ingin menjadi siswa Buddha, ia tidak diizinkan membunuh, mendorong orang lain, atau menyetujui pembunuhan (A.v.306). Bagi Buddha, cinta kasih dan welas asih tidak lengkap jika tidak diberikan kepada semua makhluk hidup.

Beliau berkata, “jika seorang biku menemukan seekor hewan dalam perangkap dan karena welas asih membebaskannya, ia tidak akan bersalah karena pencurian, bahkan jika pendapat umum menganggap bahwa hewan itu milik pemburu yang telah memasang perangkap” (Vin.iii.62). Bahkan bentuk kehidupan yang paling tidak penting sekali  pun, harus dimasukan dalam lingkup rasa hormat seseorang terhadap makhluk lain.

Seorang biku dizinkan memiliki penyaring untuk menyaring makhluk kecil dari air (V.ii.118), ketika ia mengambil untuk minum. Sangha diharapkan memeriksa air sebelum menggunakannya untuk memastikan tidak ada makhluk didalamnya (Vin,48-9). Makhluk kecil inilah yang Buddha singgung ketika beliau berkata, bahwa Beliau memiliki “welas asih bahkan untuk setetes air” (M.i.135).

 

Pembebasan Satwa

Tradisi pembebasan satwa (Mandarin; Fang Shen), merupakan bentuk teladan dari Buddha sendiri dalam menjalani kehidupan, bahkan intruksi awal untuk menjadi seorang buddhis adalah menghindari pembunuhan makhluk hidup atas dasar welas asih.

Tradisi pembebasan satwa ini, juga dilakukan oleh umat Buddha Wihara Buddhayana Mojokerto yang akan dilangsungkan setiap hari uposatha pada tanggal 1 dan 15 lunar hingga sampai akhir tahun 2021. Kegiatan yang cukup menyenangkan, dimana saya (biku Nyanasila) langsung membimbing dalam pelaksanaan pembebasan satwa di setiap pelaksanaannya.

Dalam praktik bajik ini, saya menyebutnya bukan “pelepasan” sebagai mana pada umumnya diucapkan, namun “pembebasan”. Mengapa saya menyebut pembebasan? Kata pembebasan mewakili kata dari bahasa Pali, yakni abhaya-dana. Artinya, pemberian pembebasan perasaan takut akan bahaya yang mengancam nyawa makhluk hidup, seperti manusia, burung, ikan, dan makhluk hidup lainnya.

Dalam pelaksanaan kali ini, praktik bajik pemberian pembebasan satwa dilakukan untuk burung yang telah ditanggap oleh para pemburu dan di jual di pasar burung. Pelaksanaan pembebasan satwa ini pun tidak dilakukan dengan sembrono, namun dengan kehati-hatian melalui beberapa prosedur dalam memperlakukan satwa yang akan dipebebaskan.


Motivasi Dan Tujuan

Dalam praktik pembebasan satwa, kita harus memiliki motivasi dan tujuan yang jelas, sehingga apa yang kita lakukan benar-banar memiliki nilai bajik yang tinggi. Apa sebenarnya motivasi dan tujuan dalam pemberian pembebasan satwa?

Motivasi dalam praktik bajik pembebasan satwa adalah welas asih yang muncul karena melihat penderitaan makhluk yang sedang dalam bahaya, sehingga menggerakan batin untuk membebaskan dari bahaya yang sedang dialaminya.

Sekarang tujuan, ini pun menjadi kualitas yang sangat penting. Jika motivasi dalam pembebasan ialah welas asih, maka tujuannya adalah memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada makhluk yang sedang dalam bahaya, berupa rasa aman, nyaman, dan damai. Jika kedua kualitas batin berupa motivasi dan tujuan pembebasan satwa telah jelas sebagaimana yang saya sampaikan di atas, maka ini benar-benar menjadi praktik kebajikkan yang sangat luhur.


Prosedur Pembebasan Satwa.

 1. Pemilihan Tempat Pembebasan Satwa

Salah satu yang utama dalam pelaksanaan pembebasan satwa adalah pemilihan tempat. Mengapa ini yang sangat utama? Dan bahkan langkah yang harus dilakukan pertama kali dalam pelaksanaan pembebasan satwa.

Mari kita mengingat kembali motivasi dan tujuan dalam melakukan pembebasan satwa, yakni welas asih demi kesejahteraan dan kebahagiaan makhluk hidup yang sedang mengalami perasaan takut karena bahaya yang sedang dihadapi, seperti burung yang ditangkap dan di kurung serta dijadikan penghiburan atau bahkan santapan makan.

Mengingat motivasi dan tujuan pembebasan satwa yang sedemikian luhur, maka tempat dimana pembebasan satwa dilakukan harus betul-betul diperhatikan, seperti keamanan lingkungan, tempat bernaung, tempat mendapatkan makanan, sehingga makhluk tersebut benar-benar bahagia dan sejahtera.

Hal ini juga yang saya lakukan dalam pelepasan satwa bersama umat wihara Buddhayana Mojokerto pada hari Senin, 7 September 2021 di gunung Lorokan, Pacet. Kami membebaskan satwa berupa burung, maka kami bebaskan mereka di hutan gunung Lorokan yang cukup lebat pepohonan, jauh dari pemburu, mudah mendapatkan makanan dan nyaman untuk tinggal burung yang di lepas bebas di hutan ini, karena kebetulan hutan ini adalah hutan yang di kelola oleh Yayasan Agga Jina Mitto bekerjasama dengan perhutani melalu masyarakat setempat.

 

2. Pembelian Satwa

Setelah melihat lingkungan yang aman, nyaman dan cocok untuk satwa tertentu misalnya burung, maka kita mencari burung yang cocok untuk tinggal dilingkungan hutan yang sudah kita lihat. Burung-burung ini bukan burung yang di pesan dari para pemburu, namun harus burung yang memang telah ditanggap dan berada di pasar burung atau dipelihara oleh orang-orang yang hanya menjadikannya sebagai hiburan.

Karena tentu burung-burung yang ditanggap oleh para pemburu sedang dalam bahaya atau kehilangan kebebasan hidup karena dikurung untuk dinikmati keindahan suara, bahkan betuk dan warnanya.

 

3. Perawatan Sebelum Dibebaskan

Langkah ketiga setelah mendapatkan burung dari pasar atau dari pemburu adalah memberikannya perawatan. Jika mungkin ada yang sakit atau terluka karena jaring dari pemburu, bahkan stres. Maka kita perlu mengkarantina sehari atau dua hari sekalian memberikan makanan yang cukup, sehingga ketika dibebaskan ia dalam keadaan sehat.

 

4. Pembebasan Satwa

Berikutnya, setelah memastikan burung-burung atau satwa apa pun yang akan dibebaskan dalam keadaan sehat, maka baru kemudian kita bebaskan ia di tempat yang benar-benar aman dan nyaman. Dalam pembebasan satwa, ketika akan melakukan pembebasan renungkanlah kembali motivasi dan tujuan dalam pembebasan satwa, hadirkanlah kebahagiaan dalam batin, lakukanlah pembebasan satwa dengan sukacita. Jika pembebasan satwa telah dilakukan, kemudian lakukanlah aspirasi dan pelimpahan jasa sebagai akhir dari rangkaian kebajikkan yang Anda lakukan. 

Anda bisa mengikuti kegiatan pembebasan satwa di Padepokan Meditasi Buddhayana, gunung Lorokan, Mojokerto dalam dua bulan sekali kami mengadakan pembebasan satwa, mari ikut aktifitas bajik ini dengan menghubungi sekretariat Padepokan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

YUK, KITA BANTU! GOTONG ROYONG RP.10.000

PADEPOKAN MEDITASI BUDDHAYANA

PUASA BUDDHIS