BERKAH TERLAHIR SEBAGAI MANUSIA
Oleh: Nyanasila, Thera.
|
Mendapatkan kelahiran sebagai manusia ketika Dhamma telah dibabarkan dengan baik, namun tidak memanfaatkannya, maka sebenarnya telah melewatkan waktu yang berharga.[1]
Manusia[2] secara harafiah artinya “batin yang tajam dan maju.” Karena batin manusia sangat tajam, hal ini membuat manusia jauh lebih mampu memahami kebajikan dan kejahatan dibandingkan makhluk hidup lainnya, sehingga manusia dapat mengembangkan Kebuddhaan, bahkan kejahatan-kejahatan serius seperti membunuh orang tua.[3]
Bukan hanya dari sisi ketajaman batin, namun dari sisi jenis alam kelahiran juga memiliki keunggulan dibandingkan alam kelahiran lainnya, di alam manusia memiliki perpaduan dengan kesengsaraan dan kenikmatan, penderitaan dan kebahagiaan tertinggi, bahkan menawarnakan kesempatan untuk mencapai kebahagiaan, sehingga dianggap sebagai alam penuh kenikmatan.[4]
Meski alam manusia merupakan alam penuh kenikmatan, namun terlahir sebagai manusia tidaklah mudah, hal ini Buddha sampaikan dalam Khotbah Jambudipa, bahwa sangat sedikit para makhluk setelah mati, terlahir kembali di alam manusia, lebih banyak mereka terlahir di alam neraka, alam binatang, atau alam hantu menderita.[5] Sedangkan kelahiran dengan tujuan alam penuh penderitaan sangat tidak menguntungkan karena sangat sulit untuk mempraktikan Dhamma.
Tidak hanya tiga alam kelahiran ini, namun ada kelahiran dengan delapan keadaan tidak menguntungkan,[6] meski pun saat itu terdapat kemunculan manusia Buddha, tetapi merupakan keadaan tidak menguntungkan bagi mereka yang terlahir pada delapan keadaan ini, yaitu:[7]
1. Terlahir di alam neraka, makhluk di alam ini mengalami penderitaan dan siksaan tanpa henti sehingga tidak dapat melakukan kebajikan.
2. Terlahir di alam binatang, makhluk di alam ini selalu dalam ketakutan, tidak dapat memahami kebajikan dan kejahatan.
3. Terlahir di alam hantu menderita, makhluk di alam ini tidak dapat melakukan kebajikan karena mereka mengalami pederitaan berupa kekeringan, panas, kelaparan dan kehausan.
4. Terlahir di alam Asaññāta bhūmi, meski pun ini kelahiran alam Brāhma, namun merupakan waktu kelahiran yang tidak menguntungkan karena makhluk di alam ini tidak memiliki indra pendengar sehingga tidak dapat mendengarkan Dhamma.
5. Terlahir di propinsi terpencil di antara orang-orang yang kasar, memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan tidak mau mendengarkan Dhamma walaupun mereka memiliki indra pendengar, bahkan di sana tidak ada para bhikkhu, bhikkhunī, upāsaka, dan upāsika.
6. Terlahir di propinsi tengah, tetapi menganut pandangan salah.[8] Jadi meski pun mereka terlahir di propinsi tengah di mana Buddha muncul dan Dhamma sedang berkembang, namun karena memiliki pandangan salah mereka tidak dapat mendengarkan dan memahami Dhamma.
7. Terlahir di propinsi tengah, tetapi tidak memiliki kebijaksanaan, bodoh, tumpul, dan memiliki indra yang cacat, seperti buta, tuli, bisu dsb, sehingga tidak mampu melihat, mendengar Dhamma, atau memahami kebajikan dan kejahatan.
8. Terlahir di saat tidak ada kemunculan manusia Buddha, pada saat tidak ada kemunculan manusia Buddha para makhluk tidak mengenal Dhamma sehingga tidak dapat mempaktik, mengembangkan kebijaksanaan, moralitas, dan konsentrasi.[9]
Ini adalah delapan keadaan tidak menguntungkan yang merupakan keadaan tidak tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.
Berbeda dengan delapan keadaan tidak menguntungkan. Terdapat keadaan yang menguntungkan dalam kehidupan ini, yaitu munculnya manusia Buddha[10] dan kita terlahir sebagai manusia dengan indra yang baik sehingga memungkinkan untuk mempraktikan Dhamma yang diajarkan Buddha. Sebagaimana Buddha telah sampaikan kepada para bhikkhu:
“Ada, para bhikkhu, keadaan yang menguntungkan, sangat istimewa, dan merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual. Apakah keadaan ini?”
“Di sini, Tathāgata telah muncul di dunia, seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, sempurna menempuh jalan, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci, dan Dhamma mengarah menuju kedamaian, nirwana, serta pencerahan diajarkan seperti yang dinyatakan oleh Yang Sempurna Menempuh Jalan.”
“Kemudian seseorang telah terlahir kembali di propinsi tengah dan ia bijaksana, cerdas, cerdik, mampu memahami kebajikan dan kejahatan. Ini para bhikkhu, adalah keadaan yang menguntungkan dan sangat istimewa, merupakan kesempatan yang tepat untuk menjalani kehidupan spiritual.”[11]
Kehidupan umat Buddha saat ini, merupakan kesempatan yang sangat mulia. Terlahir sebagai manusia di saat manusia Buddha muncul dan Dhamma sedang berkembang, ini kesempatan yang sangat jarang sehingga ini adalah keadaan yang istimewa.
Mengapa dikatakan keadaan yang sangat istimewa? Karena kemunculan manusia Buddha sangat diharapkan, namun sangat jarang terjadi. Sedangkan terlahir pada salah satu dari delapan keadaan tidak menguntungkan sangat besar kesempatannya, namun mendapatkan kelahiran sebagai manusia di saat munculnya manusia Buddha dan Dhamma sedang berkembang merupakan kesempatan yang sangat kecil.
Di kelahiran yang sangat berharga ini, kita memiliki dua berkah, yaitu pertama, terlahir dimasa Buddha muncul dan Dhamma sedang berkembang di dunia, ini sangat jarang terjadi. Kedua, terlahir sebagai manusia yang memiliki pandangan benar.
Maka di keadaan yang menguntungkan ini, kita harus benar-benar dapat menggunakan kesempatan untuk belajar dan mempraktikan Dhamma. Menggunakan kesempatan untuk selalu mendesak batin agar memiliki dorongan memahami Dhamma karena kita tidak boleh melewatkan keadaan yang menguntungkan ini, jika terlewatkan, kita akan menderita dalam waktu yang lama di alam penuh penderitaan.
Mendesak batin dengan cara demikian akan memahami kelahiran yang menguntungkan dan keadaan yang jarang terjadi, dimana kita terlahir sebagai manusia di saat manusia Buddha muncul dan Dhamma sedang berkembang. Keadaan ini harus dimanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan kebijaksanaan, moralitas, dan konsentrasi sampai tercapainya nirwana.
[1] Khotbah Keadaan Tidak Menguntungkan; A. iv. 227.
[2] Manussa; Bahasa Pāḷi
[3] Khootbah Luka; 1. Membunuh Ibu, 2. Membunuh Ayah, 3. Membunuh seorang Arahant, 4. Dengan kebencian melukai Tathāgata, 5. Memecah belah Sangha; A. iii. 146.
[4] Acariya Anurudda. Edisi Indonesia: Bhikkhu Kheminda, Dharma Kesuma. 2011. Panduan Komprehensif Tentang Abhidhamma hal (Abhidhammattha Saṅgaha) hal; 270. Karaniya. Jakarta.
[5] Khotbah Jambudipa; A. i. 37.
[6] Akkkaṇa.
[7] Khotbah Keadaan Tidak Menguntungkan; A. iv. 225-226.
[8] Pandangan bahwa: Tidak ada perbuatan baik: Tidak ada akibat dari perbuatan baik dan buruk; Tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; Tidak ada ibu, tidak ada ayah; Tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; Tidak ada di dunia ini para petapa dan brahmana berperilaku baik dan berpraktik benar yang setelah merealisasikan dunia ini dan dunia lain untuk diri mereka sendiri melalui pengetahuan langsung, kemudian mengajarkannya kepada orang lain.
[9] Pañña; Pandangan benar, pikiran benar;
Sīla, Perbuatan benar, ucapan benar, mata pencaharian benar;
Samadhi, Upaya benar, perharian benar, konsentrasi benar, Jalan Mulia Berunsur Delapan.
[10] Buddha Uppāda navamakkhaṇa; waktu dimana muncul manusia Buddha, mengajarkan Dhamma samapai kahir hidup, dan Dhamma yang diajarkan masih berkembang.
[11] Khotbah Keadaan Tidak Menguntungkan; A. iv. 227.
Sadhu
BalasHapusSadhu... Sadhu... Sadhu...
BalasHapus_/\_ _/\_ _/\_
sadhu
BalasHapusSadhu
BalasHapusTerimakasih Bhante🙏
BalasHapusSadhu
BalasHapusSaddhu 3x 🙏🙏🙏
BalasHapus🙏
BalasHapusSadhu 🙏🙏🙏
BalasHapus