Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Pohon Bodhi Tanaman Yang Berhubungan Dengan Buddha

Gambar
 Oleh: Nyanasila https://tisarana.net Assatha. Pohon Bodhi, disebut assatha dalam bahasa Pali memiliki nama botani Ficus religiosa. Ini adalah pohon ara spesial dan memiliki dahan besar yang menyebar, daunnya berakhir dengan ujung runcing yang khas. Assatha terkadang tumbuh di pohon lain dan menghalangi pohon tersebut (S.v.96).  Pohon Bodhi juga dapat tumbuh di dinding bangunan yang mengakibatkan kerusakan besar. Seperti pohon Ara lainnya, ia tumbuh dari benih kecil menjadi pohon besar (S.v.96). Dikisahkan bahwa jantung seorang ibu berdetak kencang saat melihat putranya "seperti daun lembut assatha yang gemetar tertiup angin" (Ja.v.328; vi.548). Assatha dianggap suci di India berabat-abat sebelum Buddha dan diwakili dalam segel dari Mohenjodaro yang berasal dari sebelum 1000 SM. Dalam kisah lima kebangkitan Buddha, pohon Bodhi hanya disebutkan satu kali (Sn.245-449; M.i.17-22, 166-67, 246-49; Ud.1-2 di ulang di Vin.i.1). Hal ini juga disebutkan dalam khotbah Mahasudassana, ta

TRADISI PEMBEBASAN SATWA OLEH UMAT BUDDHA

Gambar
 Oleh: Nyanasila Yoga Efendi, Gunung Lorokan Prinsip Moral Fundamental Bagi Buddha, kelembutan dan kebaikan kepada semua makhluk adalah prinsip moral fundamental dan langkah penting dalam perkembangan spiritual individu. Hal ini sangat jelas pada persyaratan pertama dalam kode disiplin moralnya adalah untuk “menghindari pembunuhan, meletakkan tongkat, dan pedang, serta hidup dengan kasih sayang, kebaikan, dan welas asih untuk semua   makhluk hidup (D.i.4). Siapa pun yang ingin menjadi siswa Buddha, ia tidak diizinkan membunuh, mendorong orang lain, atau menyetujui pembunuhan (A.v.306). Bagi Buddha, cinta kasih dan welas asih tidak lengkap jika tidak diberikan kepada semua makhluk hidup. Beliau berkata, “jika seorang biku menemukan seekor hewan dalam perangkap dan karena welas asih membebaskannya, ia tidak akan bersalah karena pencurian, bahkan jika pendapat umum menganggap bahwa hewan itu milik pemburu yang telah memasang perangkap” (Vin.iii.62). Bahkan bentuk kehidupan yang

Khotbah Ullambana Patra

Gambar
  Khotbah Ullambana Patra [1] Di Sadur Oleh: Nyanasila, Thera Demikian yang kudengar [2] . Pada suatu ketika, Buddha berdiam di Shravasti, di taman pelindung anak-anak yatim piatu dan para petapa. Mahamogallana baru mencapai kekuatan batin [3] , ia ingin menolong ayah dan ibunya sebagai balas budi yang telah membesarkannya. Maka dengan mata-batinya [4] , ia mengamati dunia dan terlihat ibunya terlahir di antara para hantu-kelaparan, tidak memiliki minuman dan makanan, tubuhnya hanya terlihat kulit dan tulang. Mahamogallana menjadi sedih dan kasihan. Lalu dengan kekuatan batinnya, ia mengisi makanan pada mangkuknya dan diberikan kepada ibunya. Ibunya menerima mangku dengan tangan kiri dan mengambil segenggam makanan dengan tangan kanan, tetapi ketika makanan itu akan dimasukan ke dalam mulut berubah menjadi arang membara dan tidak dapat di makan. Mahamogallana berteriak dan sedih. Lalu, ia bergegas menemui Buddha untuk menceritakan kejadian ini dan Buddha memberinya nasihat: “